ChatGPT | REUTERS/Dado Ruvic/Illustration.

GADGETMAX.id — Pada tahun 2025, penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, setara pentingnya dengan ponsel pintar. Namun, di balik pesatnya pemanfaatan teknologi ini, riset terbaru menunjukkan bahwa 99 persen pengguna masih kesulitan memahami dasar-dasar cara berinteraksi dengan AI melalui “prompt” atau instruksi teks. Akibatnya, banyak pengguna menghabiskan waktu berjam-jam untuk memperbaiki hasil yang tidak sesuai harapan.

Laporan terbaru yang dirilis Simon Sez IT menyoroti pentingnya kemampuan menulis prompt secara efektif. Keterampilan ini bukan lagi sekadar tambahan, melainkan kebutuhan utama bagi siapa pun yang ingin bekerja cepat, efisien, dan tepat di era digital. Dalam pandangan mereka, kemampuan memberi instruksi yang jelas dan terstruktur kepada AI kini menjadi pembeda antara hasil kerja yang biasa dan hasil kerja yang unggul.

Seni Menyusun Instruksi yang Tepat

Simon Sez IT menjelaskan bahwa efektivitas komunikasi dengan AI bergantung pada tiga unsur utama dalam menyusun prompt, yakni tugas (task), konteks atau peran (role), dan struktur atau format (structure).

Misalnya, alih-alih menulis perintah umum seperti “Ringkas artikel ini,” pengguna dapat memberi instruksi lebih spesifik seperti “Ringkas artikel ini dalam tiga poin utama untuk presentasi bisnis.” Dengan cara ini, AI akan menghasilkan keluaran yang lebih relevan, terarah, dan minim revisi.

Selain itu, pengguna juga disarankan memberikan konteks tertentu—misalnya meminta AI berperan sebagai analis keuangan, manajer proyek, atau spesialis sumber daya manusia—agar hasil yang dihasilkan sesuai kebutuhan profesional.

Personalisasi Gaya dan Nada

Panduan tersebut juga menekankan pentingnya menentukan nada dan gaya bahasa dalam setiap perintah. Permintaan yang menjelaskan apakah teks harus bersifat formal, kasual, atau persuasif akan membantu AI menghasilkan respons yang selaras dengan tujuan komunikasi.

Sebagai contoh, instruksi untuk membuat “email profesional kepada klien” tentu berbeda dengan “pesan singkat pembaruan untuk tim internal”.

Pendekatan ini dianggap krusial terutama dalam komunikasi bisnis dan pemasaran, di mana konsistensi nada dan citra merek menjadi faktor utama keberhasilan.

Proses Iteratif untuk Hasil Maksimal

Interaksi dengan AI juga sebaiknya diperlakukan sebagai proses dua arah. Simon Sez IT menyarankan pengguna melakukan penyempurnaan bertahap (iterative refinement) dengan menyesuaikan prompt berdasarkan hasil awal yang diterima. Dengan cara ini, pengguna dapat mengeksplorasi berbagai versi jawaban hingga menemukan keluaran yang paling sesuai dengan kebutuhan.

Aplikasi Nyata di Dunia Kerja

Penerapan teknik prompting yang terstruktur terbukti mampu meningkatkan efisiensi dalam berbagai bidang, mulai dari meringkas laporan panjang, menyusun draf email profesional, hingga membuat konten media sosial yang menarik. Dalam konteks pekerjaan modern yang serba cepat, kemampuan ini membantu pengguna menghemat waktu sekaligus meningkatkan kualitas hasil kerja.

“Bahasa Baru” di Dunia Digital

Simon Sez IT menegaskan, di masa depan, kemampuan berkomunikasi dengan AI akan menjadi “bahasa baru” yang wajib dikuasai oleh setiap profesional. “Mengetahui cara berbicara dengan AI bukan sekadar keunggulan, tapi sebuah kekuatan super,” demikian disampaikan dalam panduan tersebut.

Di tengah dunia kerja yang semakin terdigitalisasi, memahami cara menyusun perintah yang jelas kepada mesin bukan hanya tentang teknologi, melainkan tentang cara berpikir terstruktur dan komunikasi yang efektif—dua kemampuan yang kini menjadi fondasi keberhasilan di era kecerdasan buatan.

By rosgani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *