GADGETMAX.id — Di tengah dominasi ponsel layar sentuh modern, Unihertz Titan 2 hadir sebagai angin nostalgia bagi penggemar BlackBerry klasik. Mengusung desain dengan keyboard fisik penuh dan layar berbentuk kotak, ponsel ini mencoba menawarkan sesuatu yang “berbeda” di tahun 2025. Namun, seberapa layak perangkat niche ini digunakan di kehidupan nyata?


Desain: Lebih Mirip Komputer Mini daripada Smartphone

Kesan pertama terhadap Unihertz Titan 2 bisa jadi membingungkan. Di satu sisi, perangkat ini terasa kokoh dan berkarakter. Namun di sisi lain, bentuknya yang lebar—sekitar 3,49 inci—membuatnya tidak nyaman digenggam atau dimasukkan ke saku. Bobotnya pun cukup berat, 235 gram, dengan sudut-sudut tajam yang kurang ergonomis.

Bagi sebagian orang, ukuran besar ini adalah “harga” yang harus dibayar demi mendapatkan pengalaman mengetik fisik yang lebih lega. Tapi bagi kebanyakan pengguna, Titan 2 terasa lebih seperti komputer saku daripada smartphone praktis.


Keyboard Fisik: Cinta Lama yang Tak Mudah Dilupakan

Unihertz Titan 2 jelas ditujukan untuk mereka yang merindukan sensasi mengetik dengan tombol sungguhan. Keyboard QWERTY-nya luas dan responsif, menawarkan rasa nostalgia yang sulit ditemukan di ponsel modern.


Namun, tata letak tombolnya tidak sepenuhnya ideal. Misalnya, tombol ALT dan simbol-simbol penting seperti titik dan koma ditempatkan di sisi kanan, membuat pengguna harus meregangkan jari kiri untuk mengetik karakter umum.

Menariknya, pengguna dapat menukar fungsi tombol melalui pengaturan (Settings > Intelligent Assistance > Swap Alt/Shift Key), meski hal ini tidak sepenuhnya mengatasi rasa canggung saat mengetik.

Selain mengetik, keyboard juga berfungsi sebagai alat navigasi: pengguna bisa scroll layar dengan mengusap keyboard, fitur kecil yang terasa “ajaib” sekaligus praktis.


Layar Ganda dan Fitur Unik

Unihertz menambahkan layar kedua di bagian belakang, disebut SubScreen, berukuran 2 inci dengan resolusi 410×502 piksel. Layar kecil ini dapat menampilkan jam, notifikasi, kontrol musik, hingga menjadi jendela viewfinder untuk selfie dengan kamera belakang.

Sayangnya, fungsi layar sekunder ini terasa lebih sebagai gimmick ketimbang kebutuhan nyata. Meski begitu, kemampuannya menampilkan diri pengguna saat mengambil selfie dengan kamera utama menjadi nilai tambah tersendiri.


Performa dan Daya Tahan

Didukung MediaTek Dimensity 7300, RAM 12 GB, dan penyimpanan 256 GB, Titan 2 cukup tangguh untuk aktivitas harian seperti mengetik, browsing, atau membuka email.
Baterainya berkapasitas 5050 mAh dengan pengisian cepat 33W, mampu bertahan seharian penuh hingga dua hari tergantung penggunaan.

Namun, jangan berharap ponsel ini nyaman untuk bermain game atau menonton video. Rasio layar 1:1 membuat tampilan video 16:9 terlihat kecil dan sempit.


Kamera: Mengejutkan Tapi Tidak Sempurna

Kamera utama 50 MP dan kamera telefoto 8 MP mampu menghasilkan foto yang tajam dan berwarna alami—di luar ekspektasi untuk perangkat niche seperti ini.
Sayangnya, kamera depan 32 MP terasa kurang memuaskan, dengan posisi lensa yang tidak sejajar sehingga wajah tampak seperti “memandang ke samping” saat video call. Untungnya, pengguna bisa memanfaatkan kamera belakang untuk selfie lewat layar kedua yang berfungsi sebagai cermin digital.


Software dan Dukungan

Titan 2 menjalankan Android 15 dengan antarmuka mendekati stok Android. Kinerjanya stabil, namun Unihertz belum menjanjikan dukungan pembaruan jangka panjang. Jadi, pengguna tidak bisa berharap terlalu banyak soal update sistem di masa depan.


Kesimpulan: Ponsel yang Spesial, tapi Bukan untuk Semua

Unihertz Titan 2 adalah perangkat yang diciptakan dengan semangat idealisme. Ia menawarkan keyboard fisik yang langka di era modern, performa tangguh, dan fitur unik seperti layar belakang serta IR blaster. Namun semua itu datang dengan kompromi besar: ukuran terlalu besar, kenyamanan rendah, dan pengalaman penggunaan yang canggung.

Jika Anda penggemar sejati ponsel dengan keyboard fisik atau sekadar ingin gadget unik yang terasa seperti “mini laptop di saku”, Titan 2 bisa menjadi pilihan menarik.
Namun bagi kebanyakan pengguna, dengan harga sekitar USD 400 (±Rp6,5 juta), ponsel ini lebih cocok disebut alat nostalgia eksperimental ketimbang perangkat harian.


Skor Akhir: 5/10
✅ Keyboard fisik menyenangkan
✅ Kamera utama cukup baik
✅ Performa stabil dan baterai tahan lama
❌ Terlalu besar dan berat
❌ Layout tombol tidak ergonomis
❌ Tidak praktis untuk penggunaan sehari-hari

By rosgani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *