GADGETMAX.id – Kenaikan permintaan kecerdasan buatan generatif (generative AI) kini terasa hingga ke jantung industri memori. Tekanan besar terhadap DRAM, High Bandwidth Memory (HBM), hingga modul mainstream lainnya membuat pasar bergerak tidak stabil, dan konsumen diperkirakan akan ikut merasakan imbasnya dalam beberapa bulan ke depan. Di sisi lain, produsen memori justru menikmati lonjakan keuntungan yang signifikan.
Menurut laporan industri terbaru, sejumlah pabrikan perangkat seperti Asus dan MSI disebut tengah agresif menimbun chip memori. DigiTimes melaporkan bahwa para system integrator serta vendor hardware diperkirakan terus melakukan pembelian berlebih sepanjang kuartal IV 2025. Tren ini dikhawatirkan menyeret industri kembali ke fase kelangkaan chip hingga tahun 2027.
Gejolak harga pun mulai terasa. Harga DRAM telah melonjak tajam, sementara proyeksi pada 2026 dinilai lebih mengkhawatirkan. Perusahaan teknologi besar berlomba memperbesar stok, sementara sektor data center menyerap porsi terbesar suplai memori global. Kombinasi tersebut menciptakan tekanan yang jarang terlihat dalam satu dekade terakhir.
Akar masalah berpusat pada ekspansi masif pusat data untuk kebutuhan AI. Fasilitas generasi baru ini membutuhkan jumlah besar HBM dan RDIMM, memaksa produsen memori menata ulang prioritas produksi. Sejumlah foundry bahkan mengonversi lini DRAM standar menjadi lini produksi HBM, demi mengejar marjin yang lebih tinggi. Tak heran bila pendapatan produsen memori kini melonjak ke rekor tertinggi.
Dampak lain yang muncul adalah perubahan jadwal peluncuran produk. Sejumlah kit memori yang awalnya direncanakan rilis pada akhir 2025 kini ditunda ke 2026. SK hynix bahkan mengonfirmasi kapasitas produksinya—meliputi DRAM, NAND Flash, hingga HBM—telah terjual habis setidaknya sampai akhir 2026.
Situasi di Taiwan menunjukkan dinamika yang lebih kompleks. Meskipun integrator umumnya terikat kontrak jangka panjang dengan produsen memori, banyak perusahaan kini mulai masuk ke pasar spot untuk mengamankan pasokan. Langkah ini membuat mereka lebih rentan terhadap volatilitas harga dan berpotensi memperburuk tekanan harga di tingkat konsumen.
Jika tren ini terus berlanjut, periode 2026–2027 berpotensi menjadi fase paling fluktuatif bagi industri memori. Konsumen diprediksi menghadapi kenaikan harga RAM secara berkelanjutan, sementara produsen memori menikmati momentum bisnis terbesar sejak era ledakan smartphone.
